I fell blue when we had to break our relationship, hal ter-bullshit ketika seseorang gak bisa ngasih waktu buat pasangannya, karena itu semua bisa di atasi kalau kita ada niat. aku berlindung di balik kalimat itu, memang rasanya sakit sekali …. Bahkan ketika aku menulis ini, gemercik air turun dari kelopak mata ku, ya aku seorang laki-laki tapi bukan berarti lemah, memang banyak opini bahwa laki-laki itu gak boleh nangis, namun ini bukan tentang air mata, tapi tentang seseorang yang kau cintai tak bisa kau raih. Sejujurnya, aku ingin hidup bersamanya kelak, namun ketika restu dari pihak-ku itu menjadi penghambat… rasanya seperti melewati benteng nan kokoh, ya itu adalah rintangan terbesar-ku saat ini, aku ingin membawanya ke janji suci sekali seumur hidup, akan tetapi ketika gerbang itu susah aku lewati, aku tak mau menyakiti-nya kelak, jadi kita usai dulu disini. Bukan berarti aku tak sayang kepadamu, namun aku tak mau menyakitimu dengan rasa sakit lebih dari ini. Aku tidak mau memberikan ketidakpastian dan aku berharap siapapun nanti penggantiku kelak.. dia bisa memberikanmu kepastian dan juga menyayangimu lebih dari aku.
Aku meratapi hari ini dengan penuh iba. Aku terus mengiris hati ini, padahal aku hanya ingin dia tak tersakiti. Namun, apa daya—ternyata semua itu malah menjadi bumerang.
Memang, ini menyakitkan. Tapi aku mencoba menikmati rasa sakit itu, meskipun tak terlihat dari tubuhku yang tampak kuat di mata orang lain.
Lucunya, aku malah menertawakan diriku sendiri yang dulu bilang kepadanya, “move on itu gampang.” Ternyata, tidak segampang itu.
Mungkin ini semua karena aku merasakan cinta pertama kali?
Dan hatiku menjawab, “Sekarang kamu merasakan apa yang orang rasakan, ya? Wajar sekali kamu dulu meremehkannya. HAHA.”
Dari situ aku semakin sadar bahwa mencintai dan melepaskan bukan sekadar soal keberanian, tapi seperti merelakan rumahmu dihancurkan sampai tak tersisa bangunan satu pun.
Aku pun sadar, mungkin aku tersesat di tengah hutan sampai aku tak tahu jalan pulang, dan aku tahu ketika aku pulang rumah ku sudah menjadi lapangan yang luas.
Dari aku, untuk hari ini—terima kasih telah mengajariku banyak hal.